Perpustakaan FKIK Unram

  • Beranda
  • Informasi
  • Berita
  • Bantuan
  • Pustakawan
  • Area Anggota
  • Pilih Bahasa :
    Bahasa Arab Bahasa Bengal Bahasa Brazil Portugis Bahasa Inggris Bahasa Spanyol Bahasa Jerman Bahasa Indonesia Bahasa Jepang Bahasa Melayu Bahasa Persia Bahasa Rusia Bahasa Thailand Bahasa Turki Bahasa Urdu

Pencarian berdasarkan :

SEMUA Pengarang Subjek ISBN/ISSN Pencarian Spesifik

Pencarian terakhir:

{{tmpObj[k].text}}
Image of STUDI ETNOFARMAKOLOGI TUMBUHAN OBAT LUKA
TERBUKA DI KECAMATAN AMBALAWI, KABUPATEN
BIMA
Penanda Bagikan

Text

STUDI ETNOFARMAKOLOGI TUMBUHAN OBAT LUKA TERBUKA DI KECAMATAN AMBALAWI, KABUPATEN BIMA

Avida In Amy - Nama Orang;

ABSTRAK
Etnis Bima merupakan suku yang berada di Pulau Sumbawa Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Etnis Bima masih melestarikan pengobatan tradisional oleh
penyehat tradisional. Pengobatan tradisional luka terbuka di etnis Bima masih
berdasarkan garis keturunan namun dokumentasi dan penelitian secara ilmiah
masih sedikit. Sehingga perlu dilakukan penelitian terkait studi etnofarmakologi
pengobatan luka terbuka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan
etnofarmakologi dan nilai kepentingan suatu tumbuhan untuk pengobatan luka
terbuka di Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima. Pemilihan informan
dilakukan dengan metode snowball sampling non diskriminatif dan wawancara
dilaksanakan secara semi-terstruktur. Informan merupakan hattra atau biasa
disebut sando oleh masyarakat Bima yang memiliki pengetahuan terkait
pengobatan luka terbuka. Data yang dikumpulkan berupa informasi sando, data
tumbuhan obat, cara pembuatan, cara penggunaan, frekuensi penggunaan ramuan,
dan herbarium. Hasil wawancara dengan informan akan dianalisis menggunakan
Index of Cultural Significance (ICS), Fidelity Level (FL), dan Factor of Informant
Consensus (FIC). Hasil menunjukkan terdapat 15 spesies dari 14 famili tumbuhan
sebagai obat luka terbuka. ICS tertinggi pada spesies Chromolaena odorata L.
dengan nilai 66. Nilai terendah ICS pada spesies Moringa oleifera L. dengan nilai
3. Nilai FL berkisar antara 11,11-100%. Nilai FIC luka lecet 0,742, luka sayat
0,815, luka tusuk 0,792, luka bakar 0,800, luka gigitan 0,889, dan luka infeksi
0,833. Penentuan dosis masih menggunakan cara tradisional dan secara umum
pengobatan dilakukan dua kali sehari. Pengetahuan etnofarmakologi tumbuhan
obat luka terbuka oelh Sando Lo?i di Kecamatan Ambalawi berpotensi untuk
dikembangkan secara ilmiah lebih lanjut.
Kata Kunci: Etnofarmakologi, Luka Terbuka, Index of Cultural Significance,
Fidelity Level, Factor of Informant Consensus.viii
ABSTRACT
Bima ethnic group is a tribe located on island Sumbawa, West Nusa
Tenggara Province. Bima ethnic still preserves traditional medicine by traditional
healers. Traditional treatment of open wounds in Bima ethnic is still based on
lineage, but there is little scientific documentation and research. So it is necessary
to conduct research related to ethnopharmacology studies in the treatment of open
wounds. This study aims to determine the use of ethnopharmacology and the
importance of a plant for the treatment of open wounds in Ambalawi District,
Bima Regency. The selection of informants was carried out using a nondiscriminatory snowball sampling method and the interviews were conducted in a
semi-structured manner. The informant is a hattra or commonly called sando by
the Bima community who knows the treatment of open wounds. The data was
collected in the form of sando information, medicinal plant data, method of
manufacture, method of use, frequency of use of potions, and herbarium. The
results of interviews with informants will be analyzed using the Index of Cultural
Significance (ICS), Fidelity Level (FL), and Factor of Informant Consensus (FIC).
The results showed that there were 15 species from 14 plant families as open
wound medicine. The highest ICS was in the Chromolaena odorata L. species
with a value of 66. The lowest ICS value was in the Moringa oleifera L. species
with a value of 3. The FL value ranged from 11.11-100%. The FIC value for
abrasions was 0.742, cuts were 0.815, stab wounds were 0.792, burns were 0.800,
bite wounds were 0.889, and infection wounds were 0.833. Determination of the
dose is still used the traditional way and in general, the treatment is done twice a
day. The ethnopharmacology of open wound medicinal plants by Sando Lo'i in
Ambalawi District has the potential to be further scientifically developed.
Keywords: Ethnopharmacology, Open Wounds, Index of Cultural Significance,
Fidelity Level, Factor of Informant Consensus.


Ketersediaan
#
Perpustakaan FKIK Unram DTS 610 Avi s F.2022
K1A018012
Tersedia
Informasi Detail
Judul Seri
-
No. Panggil
166
Penerbit
Mataram : Farmasi FK Unram., 2022
Deskripsi Fisik
-
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
DTS 610 Avi s F.2022
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subjek
SKRIPSI
Info Detail Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
-
Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain

Lampiran Berkas
Tidak Ada Data
Komentar

Anda harus masuk sebelum memberikan komentar

Perpustakaan FKIK Unram
  • Informasi
  • Layanan
  • Pustakawan
  • Area Anggota

Tentang Kami

Perpustakaan FK Universitas Mataram menggunakan Library Management System, SLiMS (Senayan Library Management System).

Cari

masukkan satu atau lebih kata kunci dari judul, pengarang, atau subjek

Donasi untuk SLiMS Kontribusi untuk SLiMS?

© 2025 — Senayan Developer Community

Ditenagai oleh SLiMS
Pilih subjek yang menarik bagi Anda
  • Karya Umum
  • Filsafat
  • Agama
  • Ilmu-ilmu Sosial
  • Bahasa
  • Ilmu-ilmu Murni
  • Ilmu-ilmu Terapan
  • Kesenian, Hiburan, dan Olahraga
  • Kesusastraan
  • Geografi dan Sejarah
Icons made by Freepik from www.flaticon.com
Pencarian Spesifik
Kemana ingin Anda bagikan?