Text
STUDI ETNOMEDISIN PENGOBATAN NYERI DI DESA LABULIA KECAMATAN JONGGAT KABUPATEN LOMBOK TENGAH
ABSTRAK
Indonesia memiliki sekitar 30.000 spesies tumbuhan, dimana sekitar 9.600 spesies memiliki khasiat sebagai obat dan ? 300 spesies telah dijadikan sebagai bahan baku obat tradisional untuk tujuan pengobatan. Etnomedisin merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendokumentasikan pemanfaatan tumbuhan dari berbagai jenis etnis. Desa Labulia merupakan wilayah yang masyarakatnya masih menggunakan tanaman obat sebagai bahan pengobatan anti nyeri yang dilakukan oleh belian. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian terkait komposisi bahan, cara pembuatan dan cara pemakaian ramuan obat anti nyeri, mengetahui nilai pemanfaatan tumbuhan sebagai anti nyeri oleh belian di Desa Labulia dan mengetahui kearifan lokal pengobatan nyeri di Desa Labulia. Penelitian ini digunakan metode snowball sampling dengan teknik wawancara dan observasi terhadap belian di Desa Labulia. Data hasil wawancara dianalisis secara deskriptif dan dikuantifikasi dengan menghitung nilai Cultural Significance Index (CSI) dan Fidelity Level (FL) untuk mengetahui tingkat kepentingan spesies tumbuhan. Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 informan, terdapat 38 spesies dari 21 famili tumbuhan yang digunakan untuk pembuatan ramuan anti nyeri. Proses pembuatan ramuan yaitu dengan cara ditumbuk, dipotong dan direbus. Terdapat 2 cara penggunaan ramuan anti nyeri, yaitu diminum dan dioles. Nilai CSI paling tinggi yaitu tumbuhan kencur (Kaempferia galangal L.) dengan nilai 24 dan nilai CSI terendah yaitu akar wangi (Vetiveria zizanoides (L.) Nash) dengan nilai 0,14. Nilai FL berkisar antara 14,3-100%. Kearifan lokal yang dimiliki oleh belian di Desa Labulia, yaitu dosis ramuan, cara pembuatan dan cara penggunaan ramuan obat anti nyeri. Berdasarkan hasil analisis, tumbuhan dengan nilai yang tinggi merupakan tumbuhan yang sering digunakan dalam pembuatan ramuan obat anti nyeri.
Kata kunci: etnomedisin, tumbuhan obat, obat tradisional, CSI, FL
ABSTRACT
Indonesia has around 30,000 plant species, of which around 9,600 species have medicinal properties and ? 300 species have been used as raw materials for traditional medicines for medicinal purposes. Ethnomedicin is one method that can be used to document the use of plants from various ethnic species. Labulia Village is an area where people still use medicinal plants as an anti-pain treatment material which is carried out by Belian. This study aims to conduct studies related to the composition of the ingredients, how to make and how to use anti-pain ingredients, to find out the value of using plants as anti-pain by Belian in the village of Labulia and to know the local wisdom of treating pain in the village of Labulia. This research used the snowball sampling method with interview techniques and observations of purchases in Labulia village. Interview data were analyzed descriptively and quantified by calculating the Cultural Significance Index (CSI) and Fidelity Level (FL) values to determine the importance of plant species. Based on the results of interviews with 10 informants, there are 38 species from 21 plant families that are used for making anti-pain potions. The process of making the potion is by pounding, cutting and boiling. There are 2 ways to use anti-pain herbs, which are drunk and smeared. The highest CSI value is kencur (Kaempferia galangal L.) with a value of 24 and the lowest CSI value is vetiver (Vetiveria zizanoides (L.) Nash) with a value of 0.14. FL values range from 14.3-100%. Local wisdom owned by beliandi in Labulia village, namely the dosage of ingredients, how to make and how to use anti-pain medicine ingredients. Based on the results of the analysis, plants with a high value are plants that are often used in the manufacture of anti-pain medicinal ingredients.
Keyword: ethnomedicine, medical plants, traditional medicine, CSI, FL
Tidak tersedia versi lain