Text
EVALUASI PENATALAKSANAAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS RENSING KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2021
ABSTRAK
Diare menjadi permasalahan kesehatan di dunia terutama di negara berkembang, salah
satunya negara Indonesia. Diare adalah gejala infeksi pada saluran usus, yang disebabkan oleh
berbagai organisme seperti bakteri, virus, dan parasit, yang berasal dari makanan atau air yang
sudah terkontaminasi. Tujuan dilakukan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran pola
peresepan obat diare pada balita di Puskesmas Rensing Lombok Timur Tahun 2021 dan profil
kejadian Drug Related Problems (DRPs) pada pasien diare balita di Puskesmas Rensing
Lombok Timur Tahun 2021. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif observasional
dengan rancangan penelitian cross-sectional dan metode pengambilan data secara retrospektif
menggunakan data sekunder yaitu rekam medis. Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu purposive sampling dengan jumlah sampel 56 pasien yang telah memenuhi
kriteria inklusi maupun eksklusi. Penelitian ini menggunakan data tahun 2021. Kriteria dari
DRPs dikategorikan berdasarkan PCNE V9.01 yang diolah dengan aplikasi microsoft excel
2019 untuk mendapatkan hasil persentase masing-masing kejadian DRPs. Hasil penelitian
menunjukan dari 46 pasien 82,14% mengalami DRPs dengan total kejadian 101. Kategori
DRPs yang terjadi berurutan dari yang tertinggi yaitu obat tidak sesuai pedoman (30,69%),
dosis terlalu rendah (20,79%), obat tanpa indikasi (16,83%), gejala atau indikasi yang tidak
diobati (10,89%), frekuensi penggunaan dosis yang kurang (8,91%), dosis terlalu tinggi
(6,93%), frekuensi penggunaan dosis yang tinggi (2,97%) dan duplikasi terapi (1,98%).
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kejadian drug related
problems pada pasien diare di Puskesmas Rensing tahun 2021.
Kata Kunci : diare, balita, puskesmas, drug related problems (DRPs)
.PENDAHULUAN
Diare merupakan gejala infeksi pada
saluran usus, yang disebabkan oleh
berbagai organisme seperti bakteri, virus
dan parasit, yang menyebar melalui
makanan atau air yang terkontaminasi
(WHO, 2017). Diare masih menjadi
masalah global yang menjadi penyebab
kematian kedua pada balita tiap tahunnya
dengan angka kematian sekitar 525.000
balita yang meninggal dunia. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2021
menunjukkan jumlah kasus diare pada
balita secara nasional sebanyak 879.596
kasus dimana Provinsi Nusa Tenggara
Barat berada di peringkat kelima dengan
jumlah 42.430 kasus diare. Insiden diare
balita tertinggi terdapat di Kabupaten
Lombok Timur sebanyak 13.247 kasus.
Daerah di Lombok Timur yang
menunjukan kasus diare balita tertinggi
tahun 2021 berada di Desa Rensing
Kecamatan Sakra Barat yaitu sebanyak
510 kasus.
Balita yang mengalami diare lebih
rentan terkena dehidrasi karena kompenen
penyusun air dalam tubuh balita lebih
besar dibandingkan orang dewasa. Jika
dehidrasi terjadi maka tubuh akan
mengalami kehilangan cairan dalam
jumlah yang banyak secara terus menerus.
(Wololi et al., 2016).
Penatalaksanaan diare pada balita
meliputi pemberian oralit, pemberian
tablet zink selama 10 hari, pemberian ASI
dan makanan, pemberian antibiotik, dan
pemberian konseling (Kemenkes RI, 2011)
. Menurut World Gastroenterology
Organisation (WGO) tahun 2012
penatalaksanaan diare terdiri dari terapi
rehidrasi oral, terapi suplemen zink, diet,
probiotik, dan antibiotik (WGO, 2012).
Penatalaksanaan diare yang kurang tepat
berpoten
Tidak tersedia versi lain