Text
HUBUNGAN POLA MAKAN DAN TINGKAT STRES TERHADAP KEJADIAN SINDROM DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA MAHASISWA PREKLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
ABSTRAK
HUBUNGAN POLA MAKAN DAN TINGKAT STRES TERHADAP
KEJADIAN SINDROM DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA MAHASISWA
PREKLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Baiq Pelangi Juwita, Azizatul Adni, I Putu Diatmika
Latar belakang: Sindrom dispepsia fungsional merupakan gangguan pencernaan
yang ditandai dengan kumpulan gejala seperti sensasi nyeri pada epigatrium, rasa
terbakar, mual, muntah, rasa penuh dan kembung tanpa disertai kelainan struktural
pada lambung. Angka kejadian dispepsia di Nusa Tenggara Barat menempati
urutan keenam penyakit terbanyak di puskesmas pada tahun 2022. Sindrom
dispepsia fungsional dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti stres, pola
makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik. Mahasiswa merupakan
individu yang rentan terkena sindrom dispepsia fungsional. Hal tersebut
disebabkan oleh meningkatnya aktivitas mahasiswa yang dapat mempengaruhi
pola hidup seperti pola makan dan tingkat stres yang dialami mahasiswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makan dan tingkat stres
terhadap kejadian sindrom dispepsia fungsional pada mahasiswa pre-klinik pada
mahasiswa pre-klinik Fakultas Kedokteran Universitas Mataram.
Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode cross
sectional dengan metode pengambilan sampel yakni simple random sampling
yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Mataram dengan jumlah
sampel 252 orang yang dilakukan pada bulan November hingga Maret 2024.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji non-parametrik chi
square dengan nilai ? 0,05.
Hasil: Hasil penelitian ini menujukkan pada variabel pola makan yang terdiri dari
keteraturan makan, konsumsi jenis makanan, dan frekuensi konsumsi jenis
makanan. Nilai p pada keteraturan makan yakni 0,232. Nilai p pada konsumsi
jenis makanan yang terdiri dari makanan pedas 0,675; makanan asam 0,770;
makanan berlemak 0,349; kopi 1,00; soda 1,00; teh 0,128; dan alkohol 0,244.
Nilai p pada frekuensi konsumsi jenis makanan yang terdiri dari makanan pedas
0,811; makanan asam 0,151; makanan berlemak 0,511; kopi 0,188; teh 0,370;
soda 0,571; dan alkohol 0,230. Masing-masing nilai p pada variabel pola makan
memiliki nilai p yang lebih besar dari nilai ? 0,05. Variabel tingkat stres memiliki
nilai p 0,023 yang memiliki nilai lebih kecil dari nilai ? 0,05.
Simpulan: Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan antara
pola makan dengan kejadian sindrom dispepsia fungsional dan terdapat hubunganviii
antara tingkat stres dengan kejadian sindrom dispepsia pada mahasiswa pre-klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram.
Kata kunci : sindrom dispepsia fungsional, pola makan, tingkat stres, mahasiswa
Tidak tersedia versi lain