Perpustakaan FKIK Unram

  • Beranda
  • Informasi
  • Berita
  • Bantuan
  • Pustakawan
  • Area Anggota
  • Pilih Bahasa :
    Bahasa Arab Bahasa Bengal Bahasa Brazil Portugis Bahasa Inggris Bahasa Spanyol Bahasa Jerman Bahasa Indonesia Bahasa Jepang Bahasa Melayu Bahasa Persia Bahasa Rusia Bahasa Thailand Bahasa Turki Bahasa Urdu

Pencarian berdasarkan :

SEMUA Pengarang Subjek ISBN/ISSN Pencarian Spesifik

Pencarian terakhir:

{{tmpObj[k].text}}
Image of PERBANDINGAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI JARINGAN
NASOFARING DAN JARINGAN PARU PASCA INDUKSI
FORMALDEHIDA PADA TIKUS WISTAR (RATTUS NORVEGICUS)
Penanda Bagikan

Text

PERBANDINGAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI JARINGAN NASOFARING DAN JARINGAN PARU PASCA INDUKSI FORMALDEHIDA PADA TIKUS WISTAR (RATTUS NORVEGICUS)

I Made Tobias Abdiman - Nama Orang;

ABSTRAK
PERBANDINGAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI JARINGAN
NASOFARING DAN JARINGAN PARU PASCA INDUKSI
FORMALDEHIDA PADA TIKUS WISTAR (RATTUS NORVEGICUS)
I Made Tobias Abdiman, Anak Agung Ayu Niti Wedayani, Lale Maulin Prihatina
Formaldehida adalah zat beracun yang lazim ditemukan di kehidupan sehari-hari.
Formaldehida juga menjadi paparan karsinogenik yang sering terjadi di kawasan
industri. Formaldehida sendiri bersifat genotoksik dan sitotoksik terhadap jaringan
yang dapat menyebabkan terjadinya displasia hingga karsinoma. Dengan inhalasi,
formaldehida akan terpapar pada saluran pernapasan yang meliputi jaringan
nasofaring dan paru terhadap formaldehida. Oleh karena itu, penting untuk
mengetahui perbedaan kerentanan jaringan terhadap paparan formaldehida terkait
dengan kemampuan menimbulkan displasia serta karsinoma. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimental dengan hewan coba tikus wistar. Enam ekor
tikus wistar diinduksikan dengan formaldehida melalui metode inhalasi dengan
dosis 40 ppm selama 16 minggu, untuk kemudian diterminasi dan dilakukan
pemeriksaan histopatologis. Penilaian derajat displasia akan dilakukan terhadap
kedua jaringan, untuk kemudian dibandingkan dan diuji secara statistik. Uji statistik
Mann-Whitney U menunjukkan nilai P 0,818 yang berarti tidak terdapat perbedaan
signifikan antara derajat displasia pada jaringan nasofaring dan jaringan paru.
Meskipun demikian, terdapat perbedaan kecepatan progresi displasia antara kedua
jaringan, dengan jaringan nasofaring memiliki kecepatan progresi yang lebih cepat.
Perbedaan kecepatan progresi ini terkait dengan jumlah deposisi zat formaldehida
yang lebih tinggi di saluran napas atas.
Kata Kunci : Formaldehida, Displasia, Tikus Wistar, Nasofaring, Paru


Ketersediaan
#
Perpustakaan FKIK Unram DTS 610 Ima p 2025
20253047
Tersedia
Informasi Detail
Judul Seri
-
No. Panggil
1258
Penerbit
Mataram : FKIK Unram., 2025
Deskripsi Fisik
-
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
DTS 610 Ima p 2025
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subjek
KTI 2025
Info Detail Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
-
Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain

Lampiran Berkas
Tidak Ada Data
Komentar

Anda harus masuk sebelum memberikan komentar

Perpustakaan FKIK Unram
  • Informasi
  • Layanan
  • Pustakawan
  • Area Anggota

Tentang Kami

Perpustakaan FK Universitas Mataram menggunakan Library Management System, SLiMS (Senayan Library Management System).

Cari

masukkan satu atau lebih kata kunci dari judul, pengarang, atau subjek

Donasi untuk SLiMS Kontribusi untuk SLiMS?

© 2025 — Senayan Developer Community

Ditenagai oleh SLiMS
Pilih subjek yang menarik bagi Anda
  • Karya Umum
  • Filsafat
  • Agama
  • Ilmu-ilmu Sosial
  • Bahasa
  • Ilmu-ilmu Murni
  • Ilmu-ilmu Terapan
  • Kesenian, Hiburan, dan Olahraga
  • Kesusastraan
  • Geografi dan Sejarah
Icons made by Freepik from www.flaticon.com
Pencarian Spesifik
Kemana ingin Anda bagikan?