Text
PERBANDINGAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI JARINGAN NASOFARING DAN JARINGAN PARU PASCA INDUKSI FORMALDEHIDA PADA TIKUS WISTAR (RATTUS NORVEGICUS)
ABSTRAK
PERBANDINGAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI JARINGAN
NASOFARING DAN JARINGAN PARU PASCA INDUKSI
FORMALDEHIDA PADA TIKUS WISTAR (RATTUS NORVEGICUS)
I Made Tobias Abdiman, Anak Agung Ayu Niti Wedayani, Lale Maulin Prihatina
Formaldehida adalah zat beracun yang lazim ditemukan di kehidupan sehari-hari.
Formaldehida juga menjadi paparan karsinogenik yang sering terjadi di kawasan
industri. Formaldehida sendiri bersifat genotoksik dan sitotoksik terhadap jaringan
yang dapat menyebabkan terjadinya displasia hingga karsinoma. Dengan inhalasi,
formaldehida akan terpapar pada saluran pernapasan yang meliputi jaringan
nasofaring dan paru terhadap formaldehida. Oleh karena itu, penting untuk
mengetahui perbedaan kerentanan jaringan terhadap paparan formaldehida terkait
dengan kemampuan menimbulkan displasia serta karsinoma. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimental dengan hewan coba tikus wistar. Enam ekor
tikus wistar diinduksikan dengan formaldehida melalui metode inhalasi dengan
dosis 40 ppm selama 16 minggu, untuk kemudian diterminasi dan dilakukan
pemeriksaan histopatologis. Penilaian derajat displasia akan dilakukan terhadap
kedua jaringan, untuk kemudian dibandingkan dan diuji secara statistik. Uji statistik
Mann-Whitney U menunjukkan nilai P 0,818 yang berarti tidak terdapat perbedaan
signifikan antara derajat displasia pada jaringan nasofaring dan jaringan paru.
Meskipun demikian, terdapat perbedaan kecepatan progresi displasia antara kedua
jaringan, dengan jaringan nasofaring memiliki kecepatan progresi yang lebih cepat.
Perbedaan kecepatan progresi ini terkait dengan jumlah deposisi zat formaldehida
yang lebih tinggi di saluran napas atas.
Kata Kunci : Formaldehida, Displasia, Tikus Wistar, Nasofaring, Paru
Tidak tersedia versi lain